Pendidikan adalah hak setiap anak yang harus dipenuhi oleh orang tua. Sama seperti kebutuhan pokok, pendidikan pun mengalami ‘inflasi’ setiap tahun. Meski sekarang ada program wajib belajar yang menggratiskan biaya sekolah, namun untuk tahap perguruan tinggi sejauh ini belum ada kebijakan seperti itu. Otomatis biaya kuliah masih harus ditanggung oleh orang tua. Bersyukurlah bagi mereka yang memiliki anak cerdas di atas rata-rata karena biasanya ada beasiswa dari pemerintah atau swasta untuk mendukung pendidikan mereka.
Berbicara pendidikan sebenarnya sama dengan membicarakan investasi masa depan. Karena itu butuh perencanaan yang matang, terukur dan realistis. Menabung untuk biaya kuliah adalah salah satu cara agar saat anak masuk ke perguruan tinggi, beban biaya yang ditanggung tidak lagi berat. Namun kenyataannya, biaya kuliah sebagaimana biaya ONH cenderung meningkat setiap tahun. Perhitungan yang sudah dibuat beberapa tahun ke belakang, tampak menjadi tidak berarti ketika menghadapi realitas biaya masuk perguruan tinggi yang melambung tinggi. Karena pendidikan sudah menjadi bagian dari bisnis, maka mau tidak mau masyarakat harus memperlakukan universitas selayaknya institusi bisnis yang mengejar profit, bukan lembaga sosial. Dengan merubah pola pikir tersebut, maka estimasi kenaikan uang pangkal dan semester setiap tahun harus berdasarkan hitungan ekonomi makro, yang dalam hal ini inflasi.
Pada Bab 2 kita sudah belajar tentang perhitungan biaya kuliah masuk kedokteran antara tahun 2000 dan 2010. Jika Anda mulai menabung untuk biaya pendidikan anak dengan menggunakan asumsi bahwa uang kuliah tahun 2010 sama dengan tahun 2000, maka bisa dipastikan bahwa nanti Anda akan terkejut ketika mengetahui bahwa biayanya naik beberapa kali lipat. Barangkali solusi untuk menutupi biaya tersebut adalah menjual aset, dan ini bukanlah pilihan yang bijak.
Beberapa bank menawarkan program tabungan pendidikan yang hanya bisa diambil dengan jangka waktu sesuai yang diinginkan nasabah. Perhitungannya pun dipaparkan berdasarkan bulan dan tahun. Namun tetap saja tidak memperhitungkan faktor inflasi dan tidak juga memprediksi biaya pendidikan 10 tahun kemudian. Gambaran yang diberikan pun masih berupa angka nominal, bukan nilai sebenarnya. Misalnya dengan menabung Rp.200,000 per bulan, pada tahun pertama jumlahnya menjadi Rp.2,4 juta, lalu tahun kedua Rp.4,8 juta, tahun ketiga Rp.7,2 juta dan seterusnya. Ditambah dengan tingkat suku bunga deposito, maka Anda akan memiliki dana sekian juta rupiah di tahun kesepuluh. Nilai tersebut tidak menghitung faktor pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta krisis ekonomi yang tidak bisa diprediksi.
Emas lebih menjamin para orang tua untuk bisa memberikan pendidikan yang terbaik meski harus menunggu beberapa tahun lagi, tanpa perlu mengkhawatirkan kenaikan biaya. Hari ini biaya masuk fakultas teknik (misalnya) adalah 20 juta rupiah, yang setara dengan 36 gram emas (dengan harga Rp.557,000/gram). Kalau anak Anda diarahkan masuk ke fakultas teknik 10 tahun lagi, maka mulailah menabung emas per bulan setidaknya 2 gram. Anda hanya membutuhkan waktu 18 bulan untuk memiliki 36 gram emas, setelah itu Anda bisa ‘tidur nyenyak’ hingga 10 tahun kemudian. Apakah keadaan ekonomi reses, krisis moneter, sembako naik, asalkan Anda masih menyimpan 36 gram emas tadi, pendidikan anak Anda akan tetap terjamin. Berbeda kalau Anda sudah punya uang 20 juta dalam bentuk tabungan, sementara anak Anda masih 10 tahun lagi kuliahnya. Bisa dipastikan kalau uang tersebut tidak akan cukup nantinya, meski keadaan ekonomi normal. Apalagi kalau tidak normal?
Maka mulai hari ini Anda sudah bisa memberi jaminan pendidikan buat anak hingga bangku kuliah, dengan menabung emas sedikit demi sedikit.
Hak Cipta © 2013, PT. Golden Mandiri Investama
Dilarang memperbanyak, mengutip sebagian atau keseluruhan dokumen ini tanpa seijin PT. Golden Mandiri Investama
(email info@goldenmandiriinvestama.com).